Iklan

Tiga Ideologi Dunia yang Mewadahi Pendidikan di Indonesia

Dokumen Dimensi | foto penulis | editor : Pijak.

Pendidikan pada dasarnya adalah media dalam mendidik dan mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang primordial. Pendidikan sejatinya adalah gerbang untuk mengantar umat manusia menuju peradaban, yang lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan manusia, lingkungan, dan sang pencipta. 

Akan tetapi pendidikan sekarang ini bagaikan api yang membakar selembaran kertas putih yang dibalut dengan tinta hitam, berbagai macam power ambisius yang di lontarkan oleh pemerintah dalam mengatur kebijakan pendidikan di seluruh Universitas yang ada.

Namun saya coba merenungi, apakah pendidikan saat ini sebagai ajang perkenalan atau sebagai ajang bisnis, kepada seluruh Universitas yang ada, dengan produk-produk yang ditawarkan adalah para masyarakat dan mahasiswa, sebagai objek penghasilan kertas merah dan kertas biru yang di hasilkan oleh sang pengusaha saat ini.

Pendidikan yang dilontarkan oleh negara Indonesia, merupakan salah satu struktur  yang disusun secara sistematis dengan berbagai macam gagasan, ide maupun arahan-arahan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi di dalamnya.

Pendidikan yang dirancang dengan sistematika, yang dikeluarkan oleh negara ini adalah pendidikan yang di abdorsip, berdasarkan teori-teori demokrasi pendidikan, kapitalisme pendidikan, dan pluralisme pendidikan yang di pelihara oleh negara Indonesia sekarang ini.

Perlu kita ketahui, bahwasanya pada buku pendidikan dalam perspektif aliran-aliran filsafat, penulis (Dr. Sebodo Ardi widodo, M.Ag). yang menyatakan bahwasanya  demokrasi pendidikan sudah menjadi bagian dari penyelenggara pendidikan di Indonesia, walaupun pada dasarnya masih ada kelemahan-kelemahan yang terjadi.

Dalam teori diatas mengenai demokrasi pendidikan bahwasanya, penyelengaraan pendidikan di Indonesia masih banyak sekali kelemahan-kelemahan yang di manfaatkan oleh oknum-oknum yang memiliki kepentingan dalam memperkaya diri.

Dari paparan teori Pertama, yang dijelaskan diatas masih memiliki kelemahan maupun kekurangan, dalam mengatasi dan mensejahterakan masyarakat di bidang pendidikan. 

Lalu bagaimana dengan teori kedua yang berkaitan dengan kapitalisme pendidikan, yang mulai mewabahi praktik-praktik dalam menyelenggarakan pendidikan, dalam artian membuat kegaduhan, dengan menciptakan susana yang tidak bisa di kontrol, bagaikan virus yang menyerang suatu kawasan untuk dimiliki.

Dari teori kedua sudah jelas, bahwasanya pendidik kapitalisme adalah pendidikan penjajahan secara halus, dengan memasukan virus maupun doktrinasi-doktrinasi kepada pihak yang dijadikan pemain dalam mencuci pikiran-pikiran regenerasi pemuda di negeri ini.

Lalu apa pendidikan yang dihasilkan dari teori ke tiga yaitu pluralisme pendidikan, yang mulai digagas dan dicoba, implementasinya seiring dengan berjalannya demokratisasi pendidikan di Indonesia.

Sehingga dalam kata lain apabila negara ini masih berpatokan dengan pendidikan yang berasaskan demokrasi, maka pendidikan tidak akan tercapai yang namanya kesejahteraan dalam membangun regenerasi, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Sedangkan sosok pendidikan itu bisa dikatakan sangat kompleks, dikarenakan memiliki aspek kehidupan dan  sekaligus kepentingan-kepentingan didalamnya, ia juga berada dalam suatu lingkaran yang saling tarik menarik antara satu dengan yang lain.

Dari kepentingan-kepentingan pendidikan tersebut adalah berdasarkan kepentingan ideologi, politik, sosial, budaya, agama, ekonomi dan lain sebagainya.

Sehingga pendidikan merupakan suatu alat, untuk mencapai power ambisius para pemimpin, dalam memperlancar alur ideologi, putik dan lain sebagainya. 

Namun apa sebenarnya eksistensi pendidikan yang sebenarnya, sedangkan pendidikan secara hakiki adalah memanusiakan manusia, dalam mencapai kesejahteraan dalam berpikir dan mengambil sebuah keputusan.

Power pemimpin yang berkuasa dalam mengambil keputusan, untuk mencapai ambisinya merupakan salah satu bentuk penghinaan dalam menghancurkan regenerasi dalam mencetus peradaban maupun sejarah dunia.


Post a Comment

0 Comments