Dok. Penulis. |
Penulis oleh: Yusril Hidayat, Ketua BEM FAPERTA UMMAT.
Mungkin ini akan menjadi pembahasan klasik di Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), kembali kita akan membahas tentang alokasi biaya SPP dan sumbangan pembangunan yang tiap semester mahasiswa gelontorkan untuk mengenyam pendidikan di UMMAT, tapi dalam tulisan ini saya akan fokus pada sumbagan pembangunan.
Menarik untuk kita bahas alokasi sumbangan pembangunan di UMMAT, karena memang alokasi sumbangan pembangunan terfokuskan untuk menunjang fasilitas kegiatan belajar mengajar, tentunya akan dinikmati oleh seluruh civitas akademika, tapi? Kita lihat realitanya sekarang, hitungan kasarnya seperti ini, jumlah mahasiswa aktif di UMMAT menurut data real dari Dikti yaitu 6674 mahasiswa dengan perbandingan 3795 laki-laki dan 2869 perempuan, jumlah yang sangat banyak untuk perguruan tinggi swasta di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dari 6674 mahasiswa aktif tersebut, pasti membayar uang pembangunan satu kali dalam satu semester, tentu tiap angkatan pasti beda nominal uang pembangunannya, di angaktan 2019 misalnya Rp. 1.125.000, lalu angkatan 2020 dan 2021 Rp. 1.000.000, angkatan 2018 Rp. 600.000 pada angkatan 2017 Rp. 500.000, nah kita ambil rata-rata hitungan kasarnya seluruh mahasiswa membayar dengan angka Rp. 700.000 di kali dengan mahasiswa 6674 menghasilkan Rp. 4.664.800.000, jumlah yg fantastis bukan? Nah itu baru satu semester loh.
Yang menjadi tuntutan mahasiswa pada birokrasi itu sederhana, dengan nominal yang sangat besar yaitu pemerataan fasilitas di kampus, contohnya saja di Fakultas Pertanian yang jumlah mahaiswanya kurang lebih 300an, ada beberapa ruangan yang kursinya bagus dan ruangan lain masih pakai kursi kayu, di Fakultas lain juga mahasiswanya tergolong banyak seperti FISIPOL, Teknik dan FKIP merasakan perlakuan yang sama, hal-hal seperti papan tulis, LCD atau proyektor untuk menunjang kegiatan belajar mengajar masih belum bisa terpenuhi dan di optimalkan, kipas angin tiap ruangan belum memadai dengan uang sebanyak itu bukan tidak mungkin AC bisa di hadirkan, lalu di kemanakan uang pembangunan mahasiswa yang 4 sekian miliar itu tiap semester?
Nah yang menjadi PR besar birokrasi adalah bagaimana untuk mengatasi problem di atas, kami tidak minta pembangunan gedung mewah atau yang muluk-muluk, cukup di perbaiki dan lengkapi kebutuhan kami dalam proses kegitan perkuliah di UMMAT, karena memang fasilitas akan sangat berpengaruh dalam proses perkuliahan ataupun pembelajaran. Menurut E. Mulyasa, Dosen dari UIN Sultan Syarif Kasyim Riau menjelaskan bahwa. "Fasilitas pembelajaran adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, buku, perpustakaan, laboraturium, meja, kursi serta alat-alat media pengajaran".
Untuk mendapat dan menghasilkan mahasiswa yang berkompeten, mampu berdaya saing harus di dukung dengan fasilitas pendukung yang memadai.
0 Comments