Sumber foto : Google, Kompasiana.com. |
Mataram-Dimensiummat.com. Sebagian orang mencibir bahwa belajar filsafat adalah sebuah pekerjaan yang sia-sia dan menyesatkan, pada kegiatan yang di gelar 22 November 2021 lalu, oleh madrasah Rausyan Fikr di Masjid Al Khorry Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT).
Lebih dari 20 mahasiswa terlihat tekun mendengarkan. Pemateri Rahman Alif dengan lugas memaparkan bagaimana menemukan alat ukur kebenaran objektif melalui logika. Ini penting mengingat logika menjadi dasar lahirnya filsafat. Namun apakah filsafat mampu memuaskan pikiran manusia?. Kamis, 26 Desember 2021.
"Padahal filsafat bersifat spekulatif, alat ukurnya tidak sejelas sains. Filsafat juga banyak berisi imajinasi yang tidak jelas kebenarannya," ungkapnya.
Sejak lama, manusia berusaha mencari jawaban terhadap misteri alam raya dan segala isinya. Agama coba memuaskan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun banyak doktrin agama yang dianggap tidak sesuai dengan logika. Sebenarnya akar logika tersebut bisa dikritisi mengingat saat itu belum ada alat ukur yang objektif, sebagai dasar dalam menemukan kebenaran.
Lahirnya filsafat diharapkan bisa menjadi solusi untuk menemukan jawaban-jawaban tersebut. Namun sama dengan agama filsafat juga tidak memiliki alat ukur kebenaran yang jelas.
"Sains dalam hal ini mampu lebih objektif. Mengingat sains diuji oleh pembuktian ilmiah yang dilakukan secara terus menerus," tegasnya.
Kajian filsafat memang mulai digandrungi para aktivis mahasiswa belakangan ini. Di UMMat saja, ada beberapa kali diskusi filsafat yang digelar. Sebelumnya, pada akhir Oktober lalu, juga digelar kajian filsafat yang digelar PC IMM Kota Mataram. Tema yang diangkat mengenai relasi agama, filsafat dan sains. Kajian filsafat bahkan mulai masuk dalam materi pengkaderan tingkat Darul Arqam Dasar (DAD) yang disusupi dalam materi Sejarah Perjuangan Islam.
Kembali maraknya kajian filsafat, merupakan pertanda terbukanya pola pikir mahasiswa. Kajian filsafat bukan kajian sembarangan. Mengkaji filsafat tidak hanya sebatas menggali logika, namun juga menyangkut upaya menyerap literasi sebanyak-banyaknya. Memahami filsafat akan sangat sulit tanpa dukungan literasi yang kaya.
"Saat ini harus diakui, sebagian besar kurang bacaan. Membaca belum menjadi tradisi," kata Kepala UPT Perpustakaan UMMat Iskandar dalam sebuah acara bedah buku yang digelar Korkom IMM UMMat belum lama ini.
Hadirnya kajian filsafat menjadi oase di tengah keringnya minat mahasiswa terhadap literasi. Adanya kajian filsafat secara tidak langsung merangsang mahasiswa untuk membaca. Akan banyak pertanyaan yang mengunggah keingintahuan bagi siapapun yang hadir dalam kajian filsafat. Dan itu tidak bisa terjawab hanya melalui diskusi yang sifatnya terbatas. Beragam literasi akan menjawab semua pertanyaan yang hadir.
Diskusi-diskusi filosofis memang mulai mendapat tempatnya. Ketika Rocky Gerung mampu menerjemahkan fenomena politik dan sosial secara filosofis, secara tidak langsung menjadikan filsafat sebagai solusi. Padahal selama ini filsafat hanya sebatas kajian, itupun di tingkat elit akademisi. Masyarakat kebanyakan tidak akan mampu menjangkau benturan logika filosofis yang membingungkan.
Namun Rocky Gerung mampu menerjemahkan logika filosofis secara sederhana, sehingga mudah dicerna. Keindahan bahasa filsafat lantas menggugah jiwa seni orang yang mendengarnya. Tak heran Rocky kemudian banyak diundang dalam forum-forum kajian tidak hanya di tingkat kampus, bahkan di tingkat entertain. Ini menunjukkan filsafat sebenarnya bisa diterima. Bahkan dipahami.
Di kampus UMMat, kajian filsafat Perlu didorong agar lebih marak lagi. "Ada kepuasan akal ketika mendengar kajian filosofis. Ini wajar mengingat filsafat mengandalkan akal dengan metode yang disebut logika," ungkap Aris, mahasiswa Fisipol.
Ia mengaku tidak banyak memiliki pengetahuan mengenai filsafat. Namun keindahan bahasa filsafat yang diiringi narasi-narasi yang memuaskan logika membuatnya tertarik. Ia mengaku mulai membaca buku-buku filsafat. Serta mempelajari dasar-dasar filsafat melalui berbagai artikel di internet, serta kajian di youtube.
"Sedikit tidak saya mulai memahami apa itu filsafat," imbuhnya.
Namun filsafat bisa menjadi barang berbahaya mengingat bebasnya eksploitasi logika yang disampaikan. Mengkaji filsafat terlalu dalam bisa menjerumuskan dalam ruang atheisme, atau setidaknya mendorong orang menjadi agnostik.
Filsafat memang memuaskan alam pikiran. Logika realistiknya memang tidak bisa dibantah oleh pandangan mistisme. Tak heran filsafat kerap menyerang agama yang dianggap hanya melahirkan problem, baik dari sisi logika maupun, sosial.
"Karenanya sebelum mempelajari filsafat harus punya dasar agama yang kuat agar tidak sesat," ajak dosen FKIP DR Safril saat mengisi mata kuliah filsafat. ( Salsa Miya)
0 Comments