Iklan

Jejak Pengembara Kongres PPMI ke XV Di Madura Ciptakan 6 Penegasan Panggilan Sayang

Dok. Kongres Nasional XV PPMI

Oleh : Julhaf Riansyah

Kisah ini hanya guyonan kami dalam perjalanan pulang dari Madura ke Lombok Nusa Tenggara Barat. Menurut saya pribadi perlu di ceritakan kepada siapa pun yang ingin mengetahui bagaimana proses perjalanan kami yang di percayakan untuk mewakili LPM DIMENSI UMMAT dalam agenda kongres PPMI ke XV Di Madura.

Adapun nama-nama yang di delegasikan oleh LPM DIMENSI UMMAT.

1. Muhammad Jainudin : Pimpinan Umum LPM DIMENSI UMMAT

2. Julhaf Riansyah : Pimpinan Layout LPM DIMENSI UMMAT

3. Abdul sa’roni : Anggota Magang LPM DIMENSI UMMAT

4. Rias Sukma chandrawati : Anggota Magang LPM DIMENSI UMMAT

Ada banyak cerita yang tertuang di balik asap rokoknya Roni lelaki hebat yang membuatku selalu berusaha menutupi kesedihan berubah menjadi tawa yang menggema. Mendengarkan kisah pilu darinya menyadarkanku betapa berharganya perjuangan dengan penuh ikhlas. Terima kasih Ron sudah membuatku sedih..

Tunggu santailah sejenak sontak pak Sudi tepat di depan kebun salak milik warga setempat, terlintas pertanyaan di pikiranku, ini sopir angkot atau pemandu wisata? Namun yang jelas pak Sudi merupakan sopir angkot terbaik dan tersegalanya yang pernah aku temui di belahan bumi ini. Keriput di pipinya bukan menjadi kendala untuk menunjukkan kebolehannya dalam mengendarai angkot yang sudah di makan usia.

Sesampainya di stadion gelora Bangkalan kami berempat berfoto-foto menikmati suasana yang begitu ramai, menurutku mampu mewakili hati yang sepi setelah di tinggalkan oleh dia. Eeeh kok malah curhat sih hahaah…

Di penghujung hari yang mulai gelap mengisyaratkan datangnya malam kami duduk di atas angkot pak sudi, melintasi wilayah Madura dengan penuh canda dan tawa. Dan pak sudi pun mengajak kami ke sebuah masjid yang menurutnya bersejarah bagi pengikut nahdatul ulama karena dalam ceritanya di area masjid yang bernama syaihona Moh. Cholil terdapat pemakaman keramat yakni pendiri nahdatul ulama itu sendiri.

Rupanya setelah saya telusuri pak Sudi ini adalah sejarawan juga telah terbukti dari beberapa tempat yang paling bersejarah mampu beliau ceritakan kepada kami di atas angkot itu. Sesampainya di pelabuhan Kamal kami berpisah dengan pak Sudi bersama angkot kesayangannya.

Jarak antara pelabuhan Kamal dengan pelabuhan Tanjung perak Surabaya cukup dekat sehingga hanya beberapa jam saja dan biayanya lima ribu rupiah per orang. Suara kapal mulai menderu melewati liukan cahaya jembatan Suramadu. Terlihat indah nan rupawan tatkala kemesraan Roni dan Jain di atas lantai dua kapal tersebut.

Namun sialnya kita ke asikan di jalan sehingga berdampak pada ketinggalan kapal. Tuh kan Chandra mulai ngambek, ya mau gimana lagi terpaksa kita berlima bermalam di pelabuhan Tanjung perak Surabaya. Sri mengajak Roni pergi beli nasi di warung terdekat, seiring berjalannya waktu mereka berdua pun datang membawa lima bungkus nasi. Seketika Sri duduk dan memberi tahu kepada saya Jain dan Chandra bahwa harga nasi di sini sejumlah dua puluh lima ribu per bungkus. Dooor sontak seketika itu kami bertiga kaget dan tak percaya, dan Roni pun mengiyakan harga nasi tersebut. Dan ternyata benar namun mereka tidak membelinya di tempat tersebut melainkan di tempat yang lain yakni seharga sepuluh ribu rupiah.

pembelajaran buat kalian yang melakukan perjalanan jauh harus cerdik dan pandai dalam mengatur keuangan ada banyak sekali cara oknum di tanah rantauan untuk mendapatkan penghasilan yang memuaskan hasrat. namun yang jelas tidak akan mengubah jadwal kapal menuju lombok, tetap saja kami menunggu sampai jadwal yang ditentukan yakni besok malam.

Seusai makan malam kami kembali bertemu dengan kawan Andi dari Ternate yang sebelumnya kita kenal di kongres PPMI ke XV Di Madura. Kami bertambah jadi berenam, sambil duduk berdiskusi lepas tentang kehidupan kawan dari Ternate ini menceritakan kehidupannya di Ternate dan perkembangan LPM MANTRA yang saat ini menjalankan aktivitas peliputan di dalam kampusnya. akhirnya kami pun mengambil posisi untuk tidur.

Kini fajar mulai menerpa menandakan pagi yang begitu cerah di wilayah Surabaya, semoga cuaca di pagi ini memberikan pertanda baik untuk perjalanan jauh. Harapanku di tengah suara yang tak terurus dan berantakan. tak lama kemudian datanglah kawannya Andi dari Ternate yakni Fadli dan Rian akhirnya kami menjadi delapan orang.

Untuk mengindahkan perkumpulan ini kami sepakat untuk berdiskusi tentang bagaimana kemajuan pers ke depannya. Beberapa pandangan dari ahli sejarah yakni Fadli dari Ternate ini cukup membuat diskusi kami mengalir bersama derasnya suara gelombang di pelabuhan. Beberapa argumentasi yang di tukar menjadi ilmu baru kembali berubah menjadi tawa yang tak tertahankan, sebab kami di ajak untuk kembali mengingat aktivitas di Madura yang sangat penuh canda dan tawa.

Lucunya pada saat wartawan kampus mendeklarasikan panggilan sayang di tanah Madura. Dan ternyata sudah menjadi bahan tawa di kalangan pers mahasiswa. Bagaimana tidak beberapa orang yang berperan di dalamnya ada kepengurusan PPMI yang mendeklarasikan panggilan sayang pada saat gentingnya proses kongres.

Diskusi seputar kongres PPMI kini menyeret kami untuk mencari kesimpulan yang diperoleh dari beberapa pandangan di antaranya semisal pendapat dari saya yakni “Dari merobek draf anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Hingga terpilih menjadi sekjen PPMI. Untuk memperjelas argumentasi saya mari kita simak momentum persidangan pada malam itu. Fadli menolak untuk menggantikan draf AD/ART Dengan catatan silakan di tambahkan poin-poin yang menurut kita kurang dari kongres sebelumnya. Namun sekjen PPMI terpilih tetap bersih keras untuk menggantikan draf yang baru dengan draf yang lama dan seketika forum mulai memanas tatkala Dodi merobek draf AD/ART. Singkatnya begini untuk memaknai aksi heroiknya dodi, poinnya beliau sudah melanggar etika diskusi dan persidangan dan bisa kita lihat bagaimana proses kepemimpinan dia ke depannya. Harapan kepada Dodi selaku sekretaris jenderal perhimpunan pers mahasiswa Indonesia (PPMI) tetap semangat dan tertib dalam melaksanakan aktivitas pers dan melakukan ekspansi gerakan di setiap dewan kota yang ada di Indonesia.

Diskusi pun berakhir dengan perpindahan raga kawan-kawan Ternate dari Tanjung perak ke Makasar andi, Rian dan Fadli kini beranjak dari tempat diskusi dan menuju loket utama untuk menaiki kapal yang akan membawa mereka ke makasar. Sebelumnya untuk perjelas kisah ini yang bernama Rian ini adalah pakar sastra yang di miliki oleh tanah Ternate bukan saya yang pastinya hehehe sama nama saja.

Rasa tidak rela mengiringi perpisahan ini meskipun kita hanya kenal selama seminggu namun rasa persaudaraan dan kekeluargaan sudah terjalin tanpa karena dan tanpa tapi. Pesanku kepada kawan-kawan dari Ternate jangan lupakan kami dari LPM DIMENSI UMMAT. Kita adalah keluarga di pers mahasiswa meskipun kita jauh akan tetapi jangan berhenti berkomunikasi saudaraku suara harapanku mengiringi langkah mereka bertiga dan Fadli pun mengangkat jempolnya lalu tersenyum manis dan berkata so pasti kawan.

Kita kembali berlima jain, Roni, sri, Chandra dan juga saya Rian. Saya berusaha memecahkan suasana risau yang tercipta dari lusuhnya muka teman-teman menjadi kebahagiaan yang tak bisa di hindari lagi, akhirnya aku mengajak mereka kembali mengingat pak Sudi sosok bapak yang dulunya adalah mantan aktivis pernah mendorong gerbang DPRD Madura dan kocak nya ia mengajak kami masuk di dalam kampus UTM Universitas Tronojoyo bersama angkotnya. Seketika itu mereka berempat tertawa terbahak-bahak, sebab baru merasakan naik angkot masuk di dalam kampus.

Jam menunjukkan pukul 16:00 raga mulai bosan untuk menunggu jadwal kapal yang sampai saat ini tidak saya ketahui kapan kita berangkat, rasa penasaran pun menghantui saya dan bertanya kepada pimpinan umum saudara Jain apakah sudah pesan tiket atau belum dan iya pun menjawab sudah ana beli dari kemarin malam kawan dan jadwalnya jam 2 malam. ampun Tuhan lamanya kita menunggu, pantas dia menyembunyikan tiket dari kemarin. Dengan penuh rasa jengkel dalam hati saya berkata nyebelin banget Pimum ini.

Untuk mengisi waktu luang aku mencari celah untuk membuat lucu agar kebahagiaan terpancar di wajah manisnya Chandra dan Sri yang selalu saja pucat berantakan. Sedikit aku menceritakan aibnya Sri teman-teman, sosok perempuan yang sulit bahagia karena pendiam dan tertutup komunikasinya bersama kami dari LPM DIMENSI karena dia sendiri dari LPM ro'yuna UIN Mataram. Aibnya di sini teman-teman. tepat di atas kursi ia bersandar di tas miliknya sembari ibu jarinya menarik ulur beranda Facebook nya dan uniknya di sini teman-teman matanya tertutup hahaha ternyata dia sedang tidur rupanya namun jemari tangannya tetap bermain dengan layar Hpnya.

Akhirnya suara yang di harapkan terdengar pula kebahagiaan kini mewakili senyuman kami berlima tatkala pengumuman dari awak kapal oasis menuju lombok telah bersedia untuk berangkat. Jarum jam menunjukkan pukul 23:40 kami bergegas menuju pintu utama guna mengikuti prosedur pelabuhan memeriksa barang dan tiket kapal. Tunggu aku lupa uang seketika itu teman-teman berhenti melangkahkan kakinya. tapi bohong aku berkata sambil ketawa hahah.. Jain pun berkata kamu ini bikin lucu saja kerjaan nya.

“Dalam diam aku berkata inilah diriku selalu menciptakan kebahagiaan di tengah gentingnya suasana hati kalian semua teman-teman ku. Langkah kaki pun terus di pijakan dari lantai satu ke lantai dua kapal tersebut.

Roni mulai mabuk dan Jain pun menawarkan obat kepada Roni namun Roni menolaknya karena Roni cemburu kepada lelaki yang mendekati Jain di kapal. Sedikit aku membuka kisah cinta Jain dan Roni seketika merayakan malam Valentine di tanah Madura Jain manja dan tidur di pangkuan Roni yang sedang VC sama kakaknya di Lombok dan memperkenalkan Jain kepada kakaknya. Bahwa inilah sosok Jain yang selalu menemani hari-hari nya di vihara Avalokitesvara.

Di dalam ruangan kapal Jain terus membujuknya untuk bangun dan minum obat agar bisa jadi penawar mabuknya Roni lalu makan bersama. Dari suapan nasi itu menghiasi keromantisan mereka berdua terlihat jelas perhatiannya Jain terhadap Roni.

“Namun yang jelas ini hanyalah guyonan kami selama perjalanan. Yang sengaja kami skenariokan menjadi kisah yang tak pernah kami lupakan. Intinya mereka tidak saling cinta masa iya sesama jenis pacaran hahah ..

Tak disadari satu malam satu hari kami di kapal sudah usai bersama suara awak kapal memberikan pengumuman bahwa kurang lebih satu jam kapal tersebut akan bersandar di pelabuhan lembar. Sekarang pukul 21:57. Kami bergegas mengumpulkan barang-barang yang sudah tak terurus lagi alias berantakan.

Penulis ingin mengakhiri kisah ini dengan kata penuh makna dalam bait-bait syair yang cukup ngawur bagi pembaca namun yang jelas ini hanyalah sebuah ilustrasi perjalanan panjang kami dalam mencari jati diri masing-masing.

Sudahi sampai di sini yah capek tulis di kapal ini padahal kepala mulai puyeng mengisyaratkan rasa mabuk laut. (Rajutan tinta)

6 PENEGASAN DEKLARASI PANGGILAN SAYANG

1. Mejunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang

2. Menegakkan rasa persaudaraan

3. Mengusahakan terjadinya chemistry komunikasi antar umat berbangsa dan bernegara

4. Meluruskan kepentingan sesama manusia tanpa mengurangi hak asasi manusia

5. Selalu mengkonsolidasikan panggilan sayang di berbagai belahan negara

6. Menerapkan dan merumuskan strategi kebersamaan di setiap wilayah

Di tetapkan di Madura tanggal 16 Februari 2020


Post a Comment

0 Comments