Iklan

Penyebab Kenaikan Harga Barang

Ilustrasi By : Merdeka.com

Oleh : M. Agusfian

Dalam lingkungan ekonomi, hampir semua orang menyaksikan dan mengalami yang disebut kenaikan harga. Saat harga suatu barang terjadi, kemungkinan besar akan diikuti oleh kenaikan harga barang atau jasa lainnya. Akibatnya, kenaikan harga tidak lagi menjadi fokus utama yang dihadapi oleh masyarakat, melainkan berusaha untuk mengatasi kesulitan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain untuk mengkondisikan diri menghadapi kenaikan harga tersebut. Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan banyak bekerja atau bekerja lebih keras untuk mendapatkan banyak pendapatan sebagai penyeimbang kekurangan. Berbeda halnya dengan reaksi masyarakat lainnya yang memilih untuk turun ke jalan atau melakukan gerakan sosial menuntut akan kenaikan harga. 

Setiap adanya kenaikan harga, 'inflasi' akan dijelaskan dan disebutkan secara terus menerus berserta bukti-bukti yang menguatkan alasan terjadinya inflasi. Oleh karenanya, inflasi seolah momok yang menakutkan dalam tiap tahunnya. Inflasi yang di artikan oleh Appelbaum (2004) merupakan harga saat ini dari inflasi sebelumnya akan menjadi harga lama dari inflasi berikutnya dan hara baru akan ditetapkan sebagai harga saat ini. 

Banyak kasus di saat inflasi yang tidak mengalami signifikan, namun kenaikan harga barang tetap melambung tinggi (Sukardi, 2019). Sehingga inflasi ini sesungguhnya merupakan variabel dependen yang sangat bergantung pada dua variabel: harga sebelumnya dan harga saat ini. Jika tidak ada kenaikan harga, tidak akan ada inflasi, yaitu inflasi nol. Dengan logika ini jelas bahwa inflasi bukanlah penyebab kenaikan harga, melainkan kenaikan harga yang menyebabkan terjadinya inflasi.

Baca Juga: Nabung Uang Apa Emas?

Untuk lebih meyakinkan, ilustrasi untuk menjelaskan itu dapat dilihat dari sebuah cerita berikut. Seorang pengusaha memiliki ide untuk memproduksi sebuah produk yang bagus diyakininya. Semua telah melalui tahap studi kelayakan dan akan diterima oleh pasar. Namun menjadi kendala, pengusaha tersebut tidak memiliki uang untuk menjalankan ide tersebut. Akhirnya meminta pinjaman kepada Bank. Bank setuju dengan persyaratan selain agunan, ia harus mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Adanya jalan keluar ini dapat menjalankan idenya ini. Sehingga yang dihadapi oleh pengusaha ke depannya ialah bagaimana mengamankan jadwal pengembalian pinjamannya ditambah bunganya kepada Bank sambil menghasilkan keuntungan untuk dirinya dan perusahaannya.

Secara matematis di hitung secara terperinci oleh Sukardi (2019), level biaya untuk yang bisa menutupi adanya biaya stor Bank dan mendapat keuntungan maka semua cost dan profit harus terkumpulkan dengan komponen pokok investasi, bunga investasi, pokok modal kerja dan modal kerja. Sehingga lebih lanjut menurut Frankel (2012), penyebab kenaikan harga dibebankan pada pinjaman. 

Secara struktural, tingkatan harga disebabkan oleh banyaknya komponen penyusun harga. Dalam sistem pembiayaan berbunga, penyebab tingginya harga adalah karena struktur harganya menjadi 4 komponen seperti di atas. Oleh karenanya dalam tulisan ini berpendapat bahwa dalam menjalankan bisnis, upaya terbaik ialah berusaha  untuk menghindari pinjaman berbunga untuk lebih menstabilkan harga produk. Harga yang konstan cenderung akan membuat pelanggan untuk tetap setia kepada produk yang kita produksi. Kemudian, pada beberapa literatur lain menawarkan pembiayaan produksi dengan sistem pembiayaan kemitraan. Namun dalam konteks ini, penulis tidak menguraikannya. Dilain kesempatan, akan kami bahas. 

Artikel ini telah terbit di blog pribadi penulis affmediablogspot.com

Post a Comment

1 Comments

  1. Tulisan yang menggugah, meski banyak sebenarnya yg ingin ditanyakan.

    ReplyDelete