Iklan

SPP Elit, Fasilitas Sulit?

Ilustrasi By : LPM DIMENSI UMMat 

Oleh : Muhamad Ridwan 

Pendidikan adalah salah satu pilar utama pembangunan sosial dan ekonomi suatu negara. Dalam setiap masyarakat, ada kebutuhan untuk menyediakan akses pendidikan yang berkualitas kepada Mahasiswanya, agar mereka dapat memenuhi potensi penuh mereka dan berkontribusi pada kemajuan negara. Namun, sistem pendidikan seringkali menciptakan kesenjangan yang substansial dalam akses pendidikan berkualitas, dan salah satu aspek yang paling mencolok adalah SPP yang bisa di katakan ditingkat elit dengan fasilitas sulit yang mereka tawarkan.

SPP tingkat elit adalah konsep yang telah lama menjadi topik perdebatan dalam bidang pendidikan. SPP adalah dana tambahan yang dibebankan kepada orang tua atau wali Mahasiswa untuk mendukung pembiayaan operasional perkuliahan. Pada dasarnya, SPP ini bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi kampus yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk penyediaan fasilitas, perawatan gedung, dan pembiayaan program-program ekstrakurikuler. Namun, SPP elit adalah kategori yang menciptakan perpecahan dalam Mahasiswa, terutama dalam konteks fasilitas sulit yang mereka tawarkan.

Baca juga : Kampus ku Nyaman?

Sebagai permulaan, perlu dicatat bahwa kampus dengan SPP elit seringkali menawarkan fasilitas yang sulit untuk dikejar oleh sebagian besar Mahasiswa. Ini mencakup laboratorium modern, perpustakaan yang lengkap, sarana olahraga yang canggih, serta teknologi mutakhir. Dalam beberapa kasus, kampus-kampus ini hampir mirip dengan resor atau hotel bintang lima daripada lembaga pendidikan. Sementara fasilitas ini mungkin memungkinkan Mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman pendidikan yang sangat mendalam, pertanyaan yang muncul adalah apakah tingkat fasilitas ini seharusnya menjadi norma atau bukan.

Tingkat fasilitas yang diberikan oleh sekolah-sekolah dengan SPP elit seringkali jauh di atas standar pendidikan rata-rata di banyak negara. Ini bisa membuat Mahasiswa di kampus-kampus ini merasa diberikan keuntungan yang besar dalam pengembangan mereka. Mereka memiliki akses ke peralatan dan sumber daya yang akan membuat banyak orang iri, terutama mereka yang kuliah di lingkungan yang kurang beruntung.

Namun, kita harus ingat bahwa hakikatnya, pendidikan yang baik seharusnya bukan hak yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu membayar SPP ini. Keselamatan pendidikan yang adil dan merata adalah prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh masyarakat yang beradab. Ketika fasilitas sulit, ini menjadi semacam standar eksklusif, Mahasiswa harus menanyakan apakah kita sedang mengabaikan kewajiban kita untuk memberikan akses pendidikan yang setara kepada semua anak.

Kesenjangan dalam akses pendidikan ini menjadi semakin jelas ketika kita menyadari bahwa SPP ini jauh melampaui anggaran banyak keluarga. Di beberapa daerah, biaya SPP per semester kampus-kampus elit dapat sebanding dengan biaya kuliah di universitas yang terkemuka. Ini menciptakan situasi di mana hanya keluarga yang memiliki kemampuan finansial yang cukup yang dapat memasukkan anak-anak mereka ke kampus-kampus ini. Ketika hanya segelintir orang yang mampu membeli pendidikan terbaik, ini menciptakan kesenjangan yang sulit diterima.


Fasilitas yang disediakan oleh Kampus-kampus elit seringkali menjadi daya tarik utama bagi orang tua yang mampu. Mereka ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka, dan ketika mereka melihat laboratorium canggih, perpustakaan yang lengkap, dan fasilitas olahraga yang mewah, itu bisa menjadi faktor penentu dalam keputusan kampus. Namun, apakah pemilihan kampus hanya seharusnya berdasarkan pada fasilitas fisik?

Pertanyaan yang perlu diajukan adalah apakah pendidikan yang berkualitas hanya bisa ditemukan di kampus-kampus dengan SPP elit. Ada banyak contoh keberhasilan di kampus-kampus yang mungkin tidak memiliki fasilitas sehebat kampus lain, tetapi mereka memiliki staf pengajar yang berkomitmen dan metode pengajaran yang efektif. Jadi, dalam pemilihan kampus, orang tua dan siswa seharusnya lebih memperhatikan kualitas pengajaran dan lingkungan belajar yang dikembangkan oleh kampus tersebut.

Dalam beberapa kasus, fasilitas yang mewah dan teknologi terbaru yang disediakan oleh Kampus-kampus mungkin lebih mengalihkan perhatian dari fokus utama pendidikan. Ketika Mahasiswa dikelilingi oleh kemewahan, mereka mungkin menjadi kurang cenderung untuk menghargai pendidikan sebagai suatu kebutuhan yang harus dipelajari, bukan hanya pengalaman mewah.

Selain itu, penting untuk menyadari bahwa fasilitas ini memerlukan biaya operasional yang tinggi. Dana yang digunakan untuk memelihara dan mengoperasikan laboratorium canggih dan fasilitas olahraga yang mahal dapat menghabiskan sejumlah besar dana kampus. Ini berarti bahwa sejumlah besar uang yang diberikan oleh orang tua sebagai SPP digunakan untuk mempertahankan fasilitas ini, yang kemungkinan berdampak pada sumber daya yang tersedia untuk pengembangan kurikulum dan penggajian dosen.


Sementara orang tua yang mampu mungkin merasa bahwa mereka berkontribusi pada pendidikan anak mereka melalui pembayaran SPP, ada pertanyaan apakah dana ini seharusnya digunakan untuk menjaga kesenjangan dalam fasilitas. Apakah tidak lebih bijaksana jika dana ini digunakan untuk meningkatkan standar pendidikan di seluruh sistem?

Terakhir, saya dapat curhat dari teman bahwa di salah satu kampus kelasnya masih banyak proyektor yang kadang-kadang mati dan bisa gonta-ganti warna pada layarnya, kemudian kipas angin yang mati, kalaupun nyala hanya bisa memberikan kesejukan satu arah dan tidak bisa putar kiri-kanan bisa dikatakan seperti kacamata kuda lah. Banyak juga yang mengeluh karena di kelas masih menggunakan kursi kayu.

Ada beberapa aspek yang harus di perhatikan seperti, sinyal WiFi, parkiran Mahasiswa, fasilitas di Aula dan fasilitas di ruang kelas. Tapi saya tidak membahas terlalu dalam tentang itu, biar teman-teman aja yang menilai.

Salah satu efek samping dari adanya SPP elit adalah bahwa ini bisa memicu perlombaan dalam mengkaji penggunaan nya. Semoga hal tersebut tidak terjadi di kampus saya ya.

Post a Comment

0 Comments