Iklan

Mahasiswa tak Sekedar Mahasiswa

Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Pascasarjana UMMat dan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa DPM UMMAT 2017/2018

Mahasiswa tak Sekedar Mahasiswa

Oleh : Ahmad Kutbi Rais

Mahasiswa adalah Penyematan gelar Nama bagi mereka yang sedang duduk menempuh pendidikan di perguruan tinggi, sematan "Maha" menjadi sebuah perbedaan antar makhluk lain selain Tuhan yang segala Maha. Sebab itulah Mahasiswa di identik dengan nilai-nilai ketuhanan!

"Maha" menjadi sebuah kata singkat yang mengandung syarat makna, paling bisa, paling hebat, paling pandai, bahkan cenderung di anggap paling luhur. Saya tidak menggeneralisir bahwa semua (Mahasiswa) itu sama, tapi ini catatan bagi mereka (Mahasiswa) yang cenderung mengalami degradasi nilai-nilai kemahasiswaan.

Kultur akademik dan organisatoris tampak tidak lagi terlihat begitu apik di pelataran kampus, mereka sibuk dengan Pola Gaya Hidup Hedonis, sederhananya ia banyak gaya, tapi tak punya daya upaya.

Saya ingin memberi contoh sederhana seperti yang pernah saya jumpai dalam proses perkuliahan masa S1 dulu, saat mereka diminta persentase tugas kelas, masih saja seperti membaca buku, diminta memimpin rapat diskusi masih saja gelagapan, mengerjakan tugas harian, masih suka contekan, lalu dimana nilai kejujuran akademiknya?

Katanya Maha, Begitu saja masih Bertanya "Bagaimana?"

Ada juga pola mahasiswa dengan kesibukan serba akademis, setiap harinya Kos-kampus, Rumah-kampus, tak ada kegiatan selain dunia Akademik Murni, seolah-olah berorganisasi adalah aib penghalang untuk memperoleh gelar akademik, bahkan tak sedikit yang mengatakan Ber-Organisasi hanya membuang-buang waktu saja, remeh!

Saya sedikit menukil hasil penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley, seorang dosen di beberapa Perguruan Tinggi ternama di Amerika. Diantaranya di Universitas  Tennessee, Universitas Georgia dan Universitas Negeri Georgia. Dalam sebuah penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi sukses, ia menemukan bahwa ternyata NEM atau IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) mahasiswa itu tidak menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan seseorang.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 733 orang jutawan di Amerika, Stanley berhasil membuktikan bahwa ada 30 faktor yang menentukan suksesnya seseorang. Dari 30 faktor tersebut, hanya tiga faktor yang berhubungan dengan faktor kecerdasan seseorang, dan itu menduduki peringkat terbawah.

Faktor yang menduduki tiga peringkat teratas yang harus dimiliki setiap anak adalah sikap jujur, disiplin, dan pintar bergaul. Sedangkan tiga posisi terbawah dalam faktor yang menentukan kesuksesan dan kehebatan anak adalah IQ tinggi, sekolah di sekolah ternama, dan lulus dengan nilai tertinggi menempati peringkat 30.

Artinya Nilai perkuliahan di kampus saja tidak cukup untuk menjadi acuan kesuksesan seseorang tapi, kejujuran, kedisiplinan, pintar bergaul, bekerjasama, dan sejenisnya. Hal tersebut banyak ditemukan dalam dunia organisasi kemahasiswaan,

Berorganisasi membentuk karakter pribadi seseorang, disanalah mereka di tempa menjadi seorang pemimpin, belajar membangun pola kerja sama, bekerja keras, dan menciptakan relasi jejaring sosial. Menjadi mahasiswa organisatoris adalah sebuah pilihan menarik untuk menuliskan beragam pengalaman kehidupan, sangat berbeda jauh dengan mereka yang hanya menghabiskan waktu untuk dunia kampus semata, pengalamannya Beda. Pun juga hidupnya tentu beda !

Sebab kita bukanlah manusia robot yang diciptakan semata hanya untuk memperoleh selembar ijazah lalu bekerja, tapi kita adalah makhluk Tuhan yang diciptakan untuk dapat mengarungi luasnya kehidupan ! Selagi masa kuliahmu masih ada, usiamu masih muda tulislah pengalaman hidup sebanyak-banyak dan seluas-luasnya!

Dunia kampus dan Organisasi itu Perlu berjalan berdampingan. #AKR

Post a Comment

0 Comments