Foto Gedung PKM Universitas Muhammadiyah Mataram |
Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Ivan
Sebagai Mahasiswa yang duduk manis di kampus sambil
mendengarkan kuliah tanpa interaksi sosial yang berarti, rasanya pihak kampus
benar-benar paham kebutuhan kita. Bayangkan, kita kuliah ini kan hanya untuk
dosen, untuk memenuhi kebutuhan pengajar mereka agar kita bisa lulus dengan
cepat, tanpa ada gangguan dari kegiatan-kegiatan tidak penting seperti
organisasi mahasiswa. Siapa pula yang mau terlibat dalam UKM, kan?
Pihak kampus jelas lebih bijak daripada kita, mereka
benar-benar mengerti bahwa mahasiswa tidak butuh ruang untuk mengembangkan soft
skill atau bertemu dengan orang-orang baru di luar ruang kelas.
Gedung UKM yang selama ini ada? Ah, itu kan hanya
tempat nongkrong anak-anak malas yang tidak mau serius kuliah! Kalau kita
memang benar-benar mahasiswa teladan, mestinya kita hanya fokus duduk di kelas,
mengerjakan tugas dari dosen, dan langsung pulang.
Apa manfaatnya menghabiskan waktu di gedung UKM?
Bukankah itu hanya menghambur-hamburkan energi dan semangat yang seharusnya
digunakan untuk membaca diktat kuliah yang tebal-tebal itu?
Baca juga : Pertama Kali, PKKMB di UMMat Dilaksanakan Tanpa Kehadiran BEM dan DPM
"UKM Cuma Ajang Nongkrong!"
Jelaslah, UKM hanyalah sarang anak-anak yang tidak mau
belajar serius. Bayangkan, mereka berkumpul, berdiskusi, melakukan kegiatan
yang katanya ‘produktif’ seperti latihan seni, debat, olahraga, bahkan
pengabdian masyarakat. Tetapi, mari kita tanyakan kembali: seberapa pentingkah
semua itu untuk kelulusan? Kalau kita berbicara tentang soft skill seperti
kerja sama tim, kepemimpinan, atau keterampilan komunikasi, apakah itu
benar-benar diperlukan? Bukankah yang lebih penting adalah bisa menyerap setiap
materi dari dosen tanpa ada gangguan eksternal?
Bagaimana bisa mahasiswa yang terlibat dalam UKM
berharap memiliki masa depan yang cerah, kalau mereka malah lebih sering
nongkrong di gedung UKM daripada duduk di kelas? Tentunya, lebih baik kalau
mereka fokus saja pada skripsi atau laporan penelitian, kan?
"Perluas Ruang Kuliah, Bukan Ruang
Mahasiswa!"
Tentu sih, kampus lebih membutuhkan ruang kelas
tambahan atau kantor baru untuk dosen daripada membangun gedung UKM yang luas.
Para dosen pasti butuh ruang lebih banyak untuk menampung penelitian-penelitian
mereka yang hebat dan gemilang. Kalau ruang kuliah lebih besar, siapa tahu
mahasiswa bisa disesaki dalam satu kelas besar, biar efisien! Toh, dosen pasti
lebih suka mengajar dalam satu ruangan besar penuh mahasiswa yang mendengarkan
dengan pasif daripada repot-repot memberikan bimbingan personal.
Hmm, tentu saja, UKM yang katanya bermanfaat untuk
mengasah kemampuan mahasiswa dalam hal berorganisasi, mengekspresikan diri,
atau bahkan membantu masyarakat di luar kampus, hanyalah buang-buang waktu.
Lagi pula, siapa yang peduli dengan pengembangan karakter atau kecakapan hidup
mahasiswa setelah lulus? Kampus ini tidak seharusnya memikirkan nasib mahasiswa
setelah kuliah, kan? Itu urusan mereka sendiri. Yang penting, mahasiswa bisa
lulus dengan nilai akademis yang cemerlang, meski tanpa pengalaman sosial atau
pengembangan keterampilan non-akademik yang nyata.
Baca juga : Kabar Buruk Mahasiswa UMMat; Catur Nya Tergelincir !!
"Ruangan UKM? Itu Kan Pemborosan Sumber
Daya"
Begini teman, coba Bayangkan, mengalokasikan gedung
untuk UKM itu sungguh pemborosan sumber daya kampus! Ruang yang bisa digunakan
untuk keperluan lain malah dijadikan markas anak-anak muda yang sibuk mengurus
kegiatan yang ‘katanya’ penting untuk pengembangan diri.
Padahal ni ya, kalau gedung UKM itu dikurangi atau
bahkan dihapuskan, tentu sumber daya kampus bisa dialokasikan untuk hal-hal
yang lebih penting, seperti meningkatkan fasilitas dosen atau bahkan membuat
lebih banyak ruang untuk kegiatan akademik yang jelas-jelas lebih bermanfaat!
Bagaimana mungkin ruang untuk UKM bisa dianggap lebih
penting daripada ruang dosen yang harus mempersiapkan perkuliahan atau
melakukan penelitian penting? Lagi pula, kalau mahasiswa mau berorganisasi,
kenapa tidak melakukannya di kafe atau tempat lain saja di luar kampus? Toh,
kampus bukan tempat buat bersosialisasi, apalagi berkembang di luar aspek
akademik. Jadikanlah kampus murni sebagai tempat menimba ilmu akademis saja,
biar suasana intelektualnya terasa lebih serius dan formal.
"Waktu untuk Bersosialisasi? Lupakan Saja!"
Berbicara tentang UKM, bukankah sebenarnya mahasiswa
tidak perlu bersosialisasi di luar perkuliahan? Kita ini datang ke kampus untuk
belajar, bukan untuk bercanda-canda atau berorganisasi. Kalau ingin
bersosialisasi, kenapa tidak lakukan saja di luar kampus, ketika jam kuliah
sudah selesai? Lagi pula, di era digital seperti sekarang, siapa yang masih
butuh interaksi tatap muka? Semua bisa dilakukan secara Online, mulai dari
diskusi tugas hingga bersosialisasi.
Pihak kampus jelas paham bahwa semakin banyak gedung
UKM atau ruang aktivitas mahasiswa, semakin mahasiswa terlena dan lupa pada
kewajiban akademis mereka. Itu sebabnya, membatasi atau bahkan menghilangkan
ruang UKM adalah keputusan yang sangat bijak. Ruang-ruang itu lebih baik
dialokasikan untuk kegiatan yang benar-benar penting, seperti penambahan
fasilitas perpustakaan atau ruang seminar dosen.
"Mahasiswa Pasti Tetap Bertahan Tanpa UKM!"
Satu hal yang pasti, meskipun ruang UKM dibatasi atau
bahkan ditiadakan, mahasiswa tetap akan bertahan kok. Bukankah tujuan utama
mereka ke kampus adalah untuk kuliah dan lulus secepat mungkin? Mereka pasti
bisa melewati masa-masa kuliah tanpa harus terlibat dalam kegiatan non-akademik
seperti UKM. Toh, banyak mahasiswa di luar sana yang sukses tanpa pernah
terlibat dalam UKM. Bukankah lebih baik mereka menghabiskan waktu di
perpustakaan daripada di gedung UKM yang hanya akan mengalihkan perhatian mereka
dari fokus akademis?
Mahasiswa harusnya tahu, mereka tidak datang ke kampus
untuk bersenang-senang atau mengembangkan diri secara menyeluruh. Kampus adalah
tempat belajar serius, dan pihak kampus dengan bijaksana memastikan bahwa
mereka tidak terjebak dalam kesibukan ‘tidak penting’ seperti UKM.
"Soft Skill Itu Bisa Dipelajari di Tempat Lain,
Kan?"
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa mahasiswa
membutuhkan ruang untuk mengembangkan soft skill, tetapi mari kita realistis.
Soft skill seperti kepemimpinan, manajemen waktu, atau kemampuan komunikasi
bisa dipelajari di tempat lain. Kenapa mahasiswa harus repot-repot belajar
semua itu di kampus? Jika memang mereka benar-benar butuh soft skill untuk
dunia kerja nanti, bukankah mereka bisa mengikuti pelatihan singkat atau
membaca buku-buku self-help?
Lagi pula, soft skill itu sifatnya abstrak. Siapa yang
bisa memastikan bahwa keterlibatan dalam UKM benar-benar akan membuat seseorang
lebih pintar berkomunikasi atau memimpin? Lebih baik mahasiswa fokus pada
penguasaan materi perkuliahan yang jelas-jelas lebih terukur, seperti nilai
ujian, skripsi, atau IPK.
"Keberhasilan Mahasiswa Hanya Ditentukan oleh
Nilai Akademis"
Pada akhirnya, kita semua tahu bahwa keberhasilan
mahasiswa diukur dari seberapa baik nilai akademis mereka, bukan dari seberapa
aktif mereka di UKM. Pihak kampus benar-benar paham bahwa mahasiswa yang
terlalu aktif di UKM justru berpotensi mengorbankan nilai akademis mereka.
Bukankah lebih baik mereka duduk manis di kelas, belajar dengan tekun, dan
lulus dengan nilai yang memuaskan? Lagi pula, perusahaan juga pasti lebih
menghargai mahasiswa dengan IPK tinggi daripada mereka yang sibuk berorganisasi
tapi nilai akademisnya biasa-biasa saja, kan?
Jadi, mari kita semua mengapresiasi kebijakan kampus
yang membatasi gedung UKM. Ini adalah langkah tepat untuk memastikan mahasiswa
tidak tersesat dalam kegiatan yang tidak penting dan tetap fokus pada tujuan
utama mereka di kampus: belajar, ujian, dan lulus dengan cepat.
"Tidak Ada UKM, Tidak Ada Masalah!"
Kita harus berterima kasih kepada pihak kampus yang
sudah berpikir jauh ke depan. Mereka mengerti bahwa gedung UKM bukanlah
kebutuhan utama bagi mahasiswa. Kalau ruang UKM dibatasi, tidak masalah! Kita
tetap bisa belajar, lulus, dan menjadi orang sukses tanpa perlu repot-repot
mengembangkan diri di luar kelas. Karena, seperti yang semua orang tahu,
pendidikan itu hanya soal nilai akademis, bukan tentang pengalaman hidup,
keterampilan sosial, atau pengembangan diri.
Terima kasih, kampus tercinta, telah menempatkan prioritas pada tempat yang benar. Mahasiswa tidak butuh UKM, mahasiswa hanya butuh ruang kuliah yang lebih besar dan lebih banyak tugas! Viva kampus tanpa UKM!
0 Comments